Jumat, 17 Oktober 2014

Siapakah Kau, Perempuan Sempurna?

Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang. Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya. Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim. 
Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah. 

Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti. 

Ini terjemah ayat tersebut:
66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.
66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

SEBUAH KONTRADIKSI
Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka a
dalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun (IF) dan Maryam (M), adalah symbol perempuan beriman. 
Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu? IN dan IL adalah contoh perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?). 

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbukumul a’la.”
Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

PEREMPUAN SEMPURNA

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: ”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. A
pakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu? Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits. 

Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami. 
Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri.

Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina? Pantas jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…

JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan Kita. Jadi, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama. 
Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman. 
Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang bagus, gimana kalau Mas korupsi aja…”

Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetap melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah Ta’ala!


Wallahu a’lam bish-shawwab.

Jumat, 22 Agustus 2014

~ Serpihan Hati ~


Ketika aku harus mengucap kata jujur, maka ku
katakan pada dunia aku sakit hati..
Terluka dalam, karena sebuah keegoisan..
Siapa?
Engkau yang ku sayang..
Dengan kejujuran justru kau mencabik hati..
Maka serpihan hati pun berserakan..
Ku tinggal kini sebuah palung hati..
Pada sudut kemurkaan sang malam..
Padanya yang menorehkan luka..
Dan biarlah serpihan hati ini ku bawa pulang..
Ku bungkus rapat pada peti kejeraan hati..
Yang kini memang tlah menemu mati..
Hingga hanya berbekas luka..
Dan selamat jalan..
Aku pun tak berharap lagi..
Karena inilah bukti nyata cintamu..
Disebuah kenyataan, tentang serpihan hati..

HATIKU


Aku belajar melupakan seseorang yg melupakan aku.,
Aku belajar memaafkan semua yg menyakiti aku.
Aku belajar untuk menjadi yg terbaik untuk orang yg aku sayangi.
Tetepi satu yg tak bisa aku pelajari
Aku harus bisa tersenyum di saat orang yg aku sayangi menyayangi orang lain
Smua orang tau bgaimana mencintai,
tapi hanya sebagian orang yg tahu bagaimana tetap tinggal di satu hati tuk jangka waktu yg lama.
Jika kegagalan itu bagaikan hujan dan keberhasilan bagaikan matahari,
maka butuh keduanya untuk melihat pelangi.^_*
jangan pernah tinggalkan orang yang kamu sayangi
demi orang yang kamu suka,
arena suatu saat nanti orang yang kamu suka
akan meninggalkanmu demi orang yang ia sayangi,
maka dari itu sayangilah orang yang kamu sayang dengan sepenuh hati.
Bila nanti esok hari
Ku temukan dirimu bahagia
Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita selamanya………
Haruskah aku mengulang kembali, Ataukah aku harus menahan kau pergi
Sedari dulu telah ku katakan padamu,Bila ku salah, maafkanlah cintaku
Lepaskan aku bila kau tak mencintaiku
Sambutlah aku bila kau masih mencintaiku
Maafkan aku,…..
bila cinta tak terbalas janji hanya tinggal janji sakit hati yang ku rasa,sekian lama ku menunggu saat-saat ku bersamamu dan kini aku kembali,
siksa menanggung rindu semua sia-sia,
bukti cinta untukmu namun yang ku beri tak pernah kau hargai
demi cinta kita ku korbankan segalanya semua yang kita lewati selalu ada dalam ingatan…..
selalu ingin di dekatmu dan buat engkau tersenyum namun tangis yang ku dapat…..

LENTERA KEHIDUPAN

ASSALAMU'ALAIKUM WR WB

Kita sering merasakan kebimbangan, kebingungan dan ketidaktahuan dalam menjalani kehidupan ini. Kondisi ini sering timbul tenggelam seiring dengan dinamika hidup kita. Kita tidak berkuasa atas apa yang terjadi dalam diri kita. Sebenarnya di situlah bukti kuasa Tuhan atas diri kita.

Setiap yang hidup tidak akan pernah lepas dari kesalahan ataupun kekhilafan. Setiap kita pasti akan mengalami saat-saat sulit. Saat-saat dimana hati dan pikiran sedang tidak terarah. Hati yang bingung dan bimbang karena persoalan hidup. Hal itu datang silih berganti. Kadang kita optimis. Kadang kita pesimis.

Saat seperti itulah kita harus instropeksi diri. Bahwa hanya Allahlah yang berkuasa membolak-ballikan hati dan perasaan hidup kita. Allah yang mengatur segala hidup manusia dengan caranya sendiri. Ia menjamin setiap makhluk yang hidup mendapat ganjaran sebagaimana yang dia mampu. Jika tidak mampu maka tak satupun masalah akan menimpa dirinya. Sebagaimana seorang bayi yang tidak mungkin harus berlari kencang sebagaimana orang dewasa. Demikian juga orang dewasa tidak mungkin juga harus terlentang atau bersikap sebagaimana anak kecil.

Jika semua sudah diatur oleh yang maha kuasa, kenapa kita sendiri sering mempersulit diri dengan membesar-besarkan masalah. Kita sering mendramatisir persoalan kita sendiri dengan menganggap persoalan kecil kita sebagai persoalan yang berat dan seolah tidak akan terselesaikan.

Kita bahkan sering melibatkan orang lain, atau bahkan mengorbankan orang lain yang tidak tahu apa-apa dengan masalah kita. Kenapa kita memiliki sifat pendendam dengan mempersulit orang lain, dengan alasan dulu kita dipersulit juga?

Hal itulah yang sering merusak pahala amal-amal kita. Jika kita hidup hanya untuk beribadah kepada Allah maka hilangkan dengki. Hilangkan semua penyakit hati di dalam diri kita. Iri, dengki, pendendam dan keinginan menang sendiri. inilah penyakit hati yang sering menggerogoti keimanan kita.

Mari kita gandeng mereka yang sedang bingung, sedang sedih, sedang marah. Jadikanlah diri kita sebagai lentera yang dapat menyinari kegelapan saudara-saudara kita.

Walluhua’lam…

Rabu, 13 Agustus 2014

CINTA DALAM JIWA


Aku tersenyum..
Meski hati ini terluka.
Karena aku yakin…Allah 
Sengaja tak jadikan kita.
Bersama untuk selamanya.

Dulu aku menangis.
Di saat kita bahagia.
Karena aku takut.
Kebahagiaan cinta kita.
Akan..…berlalu…
Dan sirna begitu saja.

Dulu aku bersedih.
Di kala kita masih bersama.
Karena aku takut.
Kita pisah di suatu masa.

Dulu aku tertawa….
Di saat kita berpisah..
Karena aku tahu..
Cinta tak harus bersama.

Aku yakin Allah……
Telah menyiapkan cinta.
Cinta lain untuk kita berdua.
Karena memang cinta….
Bukan berada dalam raga.
Tapi cinta ada dalam jiwa.

Nasehat buat Para Bapak dan Ibu

Assalamu'alaikum wr wb ..

Bapak dan Ibu ....
Mari kita bermuhasabah sejenak, tentang putera-puteri kebanggaan kita, yang kelak akan meneruskan perjalanan kita, perjuangan kita. Lihatlah mereka… Pandanglah mereka… Dan tanyakanlah pada hati-hati ini, apa yang selama ini kta perbuat untuk mereka.

Allah berfirman :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Q.S Ali-’Imran : 14)

Bapak dan Ibu…
Mari kita buka mata, belajar peka pada tuntutan revolusi tekhnologi yang berjalan bahkan berlari setiap masa.
Saat putera/i mu merengek meminta dibelikan handphone, saat putera/i mu merajuk meminta internet broadband hadir di PC nya, kemudian kita memenuhinya, dan memercayakan hasil tekhnologi digenggamannya.

Pernahkah kita memberikan peringatan kecil pada mereka untuk tanggung jawab pada apa yang kita percayakan?
Seperti halnya Luqman menasehati anaknya.
“(Luqman berkata) hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui,” (Q.S Luqman: 16).

Adakah kegamangan dalam hati kita?
Adakah kecemasan dalam naluri kita?
Saat adzan dzuhur d’abaikan, Saat kewajiban-kewajiban lainnya pun ditinggalkan, saking asyiknya mereka bermesraan dengan Gamesnya, dengan Chatnya, bahkan dengan aplikasi hape barunya

Dan sedihnya… Sebagai orangtua pun kita asyik dengan urusan kita sendiri. Arisan… Meeting… Perut… lagi-lagi semuanya hanya untuk perut. Hingga melupakan kewajiban kita sebagai orangtua yang tak sekedar memberikan makanan bagi jasad dan materi semata. Namun juga makanan bagi spiritual mereka.

Bapak dan ibu…
Mari tanyakan pada diri-diri kita, seberapa intenskah komunikasi yang terjalin antara dirimu dan anak-anak mu?
Dalam 24 jam, berapa persenkah waktumu dan putra/imu berkomunikasi dari hati kehati?
Sekedar menanyakan aktivitas mereka misalnya? A
tau pekerjaan rumah mereka? Terlebih memberikan tarbiyah rutin sehabis shalat maghrib. Adakah waktu untuk itu, ?

Tak pernah terfikirkan oleh kita bahwa aktifitas mereka dijajah ponsel beraplikasi. Dibelenggu buah hasil tekhnologi. Jaringan internet yang mudah diakses. Tiap saat dapat berubah menjadi iblis bercasing andai jiwa2 mereka tak dibekali benteng keimanan

Mudah sekali… Rentan sekali… satu hal yang membuat moral mereka rusak dalam hitungan menit. Sebut saja, PORNOGRAFI Narkoba visual yang meracuni fikiran mereka. Diakui atau tidak, sepakat atau tidak, hal ini adalah tantangan bagi para orang tua.

Bapak dan Ibu…
Mari kita menyadari bahwa Gadget adalah media yang memiliki 2 sisi mata uang. Manfaat dan mudharat. Mari kita tanamkan kecintaan dan rasa takut pada Allah pada putera/i kita, Karena hanya inilah imun bagi rohani mereka.

“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah),” (Q.S Luqman : 17).

Bapak dan IBu…
Mari jaga anak-anak kita. Jagalah keluarga kita. Jagalah semua keindahan itu. Karena ini amanah yang Allah titipkan bagi diri kita. Setelah ini masihkah kita tenang-tenang saja?

Jangan jadikan kasih sayang kita pada putera/i kita melalaikan daripada porsi kita sebagai orangtua yang senantiasa memantau perkembangan dan tingkah laku mereka.

Dan Allah perintahkan pula bagi kita untuk berhati-hati agar semua keindahan itu tidaklah menjadikan kita lalai dalam mengingat-Nya, menjadikan kita lalai dalam mencintai-Nya, mencintai rasul-Nya dan juga berjuang di jalan-Nya serta menjadikan sebuah penyesalan bagi kita di akhirat nanti...

Selasa, 11 Maret 2014

Bukalah Hatimu

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira. Tetapi fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti, mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya menunjukkan wajah yang gembira.
Karena melihat keadaan di sekitarnya, hatinya yang hambar, terusik pada pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"
Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.
"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.
"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat anak-anak itu adalah kebahagiaan.
Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia itu. Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat sambil meniup seruling dengan nikmatnya.
Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda
dengan ramah.
"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan kemudian melubanginya." 
"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.
"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"
"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."
Para pembaca yang budiman,
Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak sekali kebahagiaan melingkupinya.
Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.
Salam sukses luar biasa!!

Terus Melangkah Dalam Berserah

Jangan bersahabat dengan orang yang kondisinya tidak membangkitkan semangatmu dan perkataannya tidak mengantarmu pada Allah.

TIDAK ADA yang tidak saling memengaruhi dalam kehidupan ini. Karena itu, terimalah dunia ini sebagaimana adanya. Tetapi pilihlah bagian terbaiknya meski engkau juga harus mengakui bagian terburuknya. Engkau harus mengukur keadaanmu agar bisa bijak menempatkan diri dalam pergaulan.

Bila dirimu masih termasuk pribadi yang labil dan mudah terpengaruh, sebaiknya pilihlah teman yang bisa mengantarkanmu pada kesadaran untuk hidup dalam keseimbangan dan prisnsip yang teguh. Engkau tidak seharusnya memaksakan dirimu bergaul dengan mereka yang pembicaraannya tidak engkau mengerti. Bukankah bimbingan sering kali malah menambah kebimbangan? Alih-alih engkau tambah berperilaku baik, engkau malah makin terpuruk.

Bisa jadi perilaku temanmu baik, tapi pembicaraannya tidak sesuai dengan keadaanmu. Sepenuhnya bukan sebab temanmu, tapi sebab dirimu yang tidak pandai memilih pergaulan.

Bisa jadi engkau berbuat buruk. Namun, persahabatanmu dengan orang yang kondisinya lebih buruk menjadikanmu tampak baik.

JANGAN MERASA puas dengan keadaanmu. Sebab, puas terhadap diri sendiri sering kali membuat kita lupa diri. Perhatianmu pada pujian atas kelebihanmu bisa membuatmu "teperdaya". Apalagi bila yang memujimu adalah orang yang sebenarnya tidak menjalani apa yang engkau jalani. Jangan mengukur perbuatanmu dengan perbuatan orang-orang yang lebih buruk darimu. Sebab, engkau akan semakin merasa terbiasa dan menganggapnya lumrah. Bukankah "tukang kutil" akan merasa tidak bersalah bila berada di antara para koruptor? Bercerminlah ....

Tidak disebut sedikit amai yang bersumber dari kalbu yang zuhud, sebaliknya tidak dapat disebut banyak amal yang bersumber dari kalbu yang tamak.
BELAJARLAH IKHLAS dalam beramal. Sebab, keikhlasan bagaikan mataair jernih yang menyuburkan. Hati yang ikhlas bagaikan tanah subur. Sekecil apa pun benih mudah tumbuh dan berkembang. Lebih dari itu, buahnya pastilah sempurna. Engkau akan merasakannya sepanjang usia. Jauhi sikap tamak, karena sikap tamak bagaikan "air limbah" yang mematikan. Masihkah engkau memilih sungai yang dialiri limbah dibandingkan sumur yang dipenuhi air jernih? Yang memandangi-Nya memperoleh keindahan memandang ciptaan-Nya. Niatkan perbuatanmu semata karena- Nya, berlimpahlah!

Amal yang baik hasil dari kondisi spiritual yang baik. Sementara kondisi spiritual yang baik bersumber dari kemampuannya menerima berbagai kedudukan yang Dia berikan.


SELARAS. KEADAAN lahir kita sangat berkaitan dengan keadaan batin kita. Yang terungkap dalam perilaku kita adalah gambaran yang tersembunyi dalam hati kita. Hanya orang-orang yang mau mengaktifkan "rasa" yang bisa menikmati limpahan keselarasan hidup. Cobalah maknai setiap perjalanan hidupmu, engkau akan temukan begitu banyak yang selama ini "tertimbun" dalam kesadaranmu. Mulailah dengan tobat, upaya memperbarui pola hidup, lalu temukan ikhlas dalam dirimu, hidupkan sabar dan istiqamah. Engkau pasti akan merasakan betapa hidup begitu bermakna. Aktivitasmu menjadi sarana pembelajaran untuk memperbaiki perilakumu.

Jangan tinggalkan zikir lantaran tidak bisa berkonsentrasi kepada Allah ketika berzikir. Karena, kelalaianmu (terhadap Allah) ketika tidak berzikir lebih buruk ketimbang kelalaianmu ketika berzikir. Mudah-mudahan Allah berkenan mengangkatmu dari zikir penuh kelalaian menuju zikir penuh kesadaran, dan dari zikir penuh kesadaran menuju zikir yang disemangati kehadiran-Nya, dan dari zikir yang disemangati kehadiran-Nya menuju zikir yang meniadakan segala selain-Nya. "Dan yang demikian itu bagi 7-Ulah tidaklah sukar
(Q. 14:20).

KITA BIASANYA
 berhenti berzikir ketika merasa hati kita tidak bisa tenteram. Atau, hati tidak bisa sepenuhnya menghadap Allah adalah perilaku orang yang tidak sungguh-sungguh ingin hidup damai bersama- Nya. Sebab, zikir adalah relasi kesadaran antara kita dengan-Nya. Bagaimana bisa engkau memperoleh cahaya, sementara engkau tidak tersambung dengan-Nya, Sang Cahaya?

Biarkanlah lisanmu berulang-ulang menyebut kata ataupun kalimat yang menghubungkanmu dengan- Nya. Mungkin, pada kali pertama engkau merasa jenuh dan tidak bisa tersambung. Tetapi, bila engkau membiarkan dirimu terus-menerus disiram "air kesadaran" sebab zikirmu, sangatlah mungkin engkau akan menikmati kehadiran-Nya dalam setiap aktivitas hidupmu. Bahkan, tidak ada yang engkau temukan dalam kehidupanmu kecuali diri-Nya. Membuatmu merasakan semuanya sangatlah mudah bagi-Nya. Ber- zikirlah tanpa berpikir, semua keindahan akan terukir.

Hidup Dan Kehidupan

Apa yang terfikirkan ketika ada yang menanyakan hidup dan kehidupan bedanya apa????? sungguh pertnyaan itu terlontar ketika saya sedang membawakan suatu tema dalam pengajian pekanan...

Dua kata tersebut coba saya cerna dan saya coba lemparkan ke adek-adek saya dan mereka dengan serempat menjawab bahwa hidup itu adalah sesuatu yang bergerak sedangkan kehidupan adalah adalah suatu peristiwa..... Subhanalloh mereka menjawab dengan benar walaupun memang tidak seratus persen benar tetapi saya bisa bilang bahwa setidaknya mereka mengerti hidup dan kehidupan itu apa...

semakin lama saya renungi kedua kata itu menurut saya hidup adalah semua mahluk yang ALLOH ciptakan yang bisa bergerak dan yang diatndai adanya detak jantung dan aliran darah....sedangkan kehidupan adalah suatu proses yang dialami oleh makhluk tersebut....jika kita lihat bahwa kita diciptakan ALLOH lewat suatu perjanjian yang sangat sakral dimana dalam perjanjian tersebut kita mengakui bahwa ALLOH adalah Robbku...dan akan selalu tunduk dan taat terhadap apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang sehingga kata lain kita siap menjadi hamba ALLOH yang taat...tapi setelah lahirnya ke dunia dan mengenal kehidupan didunia????? perjanjian itu seperti terlupan bahkan kita berusaha untuk tidak mengingatnya....

ALLOHUAKBAR sungguh bejatnya kita tidak berterimakasihnya kita....coba kita fikirkan bagaimana kasih sayang ALLOH yang tiada tara itu kita sia-siakan...sehingga sampai umur kita sekarang apa yang sudah kita lakukan untuk hidup dan tujuan penciptaan kita dan sudahkah kita benar-benar menjadi hamba NYA yang taat...

Astaghfirulloh Al’adzim...padahal yang butuh itu kita... bukan ALLOH tapi sudahkah kita peduli????
Jadi hidup ini haruslah kita jalani dengan selalu mengingat hakekat penciptaan kita sebagai makhluk....hidup ini sangat indah...janganlah di sia-siakan...

karena menurut saya hidup ini :

1. Hidup ini adalah pilihan
Buat saya kenapa hidup itu pilihan karena kita diciptakan ALLOH dengan dibekali akal dimana dengan akal itu kita disuruh untuk berfikir terhadap masalah yang kita hadapi...karena walaupun kita memiliki masalah yang sama karena kita berbeda pasti akan berbeda dalam menyikapi masalah tersebut...tapi sebenarnya kita jangan khawatir karena ALLOH sudah membekali kita dengan Al-Qur’an....Jadi jika kita ingin lurus dan lempeng pegangganglah Al Qur’an...jadikan Al-Qur’an sebagai kunci jawaban dalam setiap permasalahan kita
2. Hidup Itu Masalah
Hidup memang penuh dengan masalah...coba kalo orang mati apa ada masalah adasih yaitu bagaimana dia mempertanggungjawabkan amal perbuatannya,,,,tapi itu bisa kita persiapkan ketika kita hidup sekarang....setiap masalah yang kita hadapi kita harus menyikapinya dengan penuh tanggungjawab karena kita ingat bahwa nanti akan dipertanggungjawabkan....tapi dengan masalah yang ALLOH kasih kekita itu bentuk kasih sayang ALLOH untuk membuat kita menjadi manusia yang seutuhnya dan menjadikan kita manusia yang benar-benar teruji...dan ikhlas ...
3. Hidup itu dinamis
Coba kita bayangkan jika hidup itu lurus...aja atau statis....seperti mayat hidup yang berjalan....tidak ada indahnya yang ada kejenuhan....akan memuncak....kita harus bersyukur hidup ini pasang surut sehingga kita bisa menjadi orang yang bersyukur
Ketika saya menulis ini sungguh merinding rasanya saya hanya bisa menangis dan mensyukuri apa yang sudah ada yang sudah ALLOH amanatkan kepada saya...
sungguh skenario yang maha dasyat yang tidak bisa diciptakan oleh seorang manusia yang sangat jenius sekalipun...
saya hanya bisa berucap ALLOHUAKBAR begitu hebatnya ALLOH dalam membuat skenario untuk setiap ummatnya renungan untuk kita sudahkah kita benar2 menjadi hamba ALLOH yang baik ......

Aamiin ya Robbal alamiin

Minggu, 09 Maret 2014

Ketenangan

Saudaraku yang baik, ketenangan menjadi sesuatu yang dibutuhkan setiap orang. Terutama ketika sedang menghadapi masalah atau saat hendak mengambil keputusan. Orang yang tenang tidak pernah galau, panik tergesa-gesa, tidak emosional, tidak overacting. Orang tenang akan bisa menerima informasi lebih banyak, hingga dia bisa lebih memahami. Sedangkan orang yang emosional pendek kemampuan memahaminya, akibatnya kalau merespon akan tidak bagus karena keterbatasan pemahamannya.
Ketenangan pun akan membawa kewibawaan, atau karisma tersendiri bagi pemiliknya. Ia akan disegani oleh teman dan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang overacting tidak akan memiliki kharisma. Terutama, kepada para calon pemimpin dalam skala apapun, ia harus berlatih mengendalikan diri, tetap tenang dalam kondisi bagaimanapun sulitnya. Dan, tenang bukan berarti lamban. Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling tenang, tetapi berjalannya sangat gesit. Karena ketenangan tidak ada kaitannya dengan waktu, melainkan dengan pengendalian diri, artinya dia tetap gesit, tangkas tidak ada gurau berlebih, atau berteriak-teriak. Pribadi yang kalem senyum berukir jernih, tidak pula banyak bicara kalau memang tidak perlu bicara. Akibatnya, orang yang tenang mendapat ilmu yang lebih banyak, mendapatkan kemampuan memilih keputusan lebih baik.
Namun, ketenangan harus diupayakan agar tidak berujung menjadi sombong. Cirinya adalah ketika ia tidak peduli kepada orang lain. Dia diam tapi tidak mau mendengarkan. Malah mungkin asyik melakukan kegiatan yang lain (saat orang lain berbicara padanya). Atau, ada orang yang diam karena dia tengah memikirkan bantahan kepada orang lain, bukannya mengemas manfaat dari pembicaraan yang didengarnya.
Sehingga, tenangya kita responsif, tidak justru pelit. Reponsif seseorang memang bisa dipengaruhi oleh banyaknya keinginan, demografi (asal tempat menetapnya), lingkungan, tekanan kesulitan. Namun itu bisa diubah kalau memang ingin berubah. Nabi Muhammad SAW sendiri tertawa bila orang lain tengah melucu. Demikian pula bagi seorang pemimpin, keputusan terbaik adalah ketika ia memang memiliki akses informasi lengkap. Makin lengkap informasi makin akurat keputusannya. Dan informasi itu sendiri tidak boleh diambil hanya dari satu pihak. Kita harus belajar dari kedua belah pihak, baru mengambil keputusan. Dan yang harus kita sadari adalah tidak ada keputusan tanpa resiko, semua keputusan ada resikonya. Kita hanya perlu menghitung resiko yang paling minimal. Wallahu a`lam.

Keinginan Itu Membutakan

Coba cermati tempat Anda duduk saat ini. Dengan jabatan, kesehatan, uang, serta dukungan keluarga yang Anda miliki saat ini-sekali lagi saat ini. Saya tidak tahu posisi Anda dalam hal ini. Saat tulisan ini dibuat, ada problema dalam jabatan yang saya duduki. Kesehatan saya lumayan bagus. Uang tergantung pembandingnya. Dukungan keluarga saya, syukur alhamdullilah. Dan duduk di rumah di pinggir kali yang anginnya sedang bertiup kencang.

Anda boleh menyimpulkannya dengan indah atau tidak indah. Bagi saya pribadi, di hotel berbintang lima plus, maupun di rumah yang berlantai tanah liat serta beratap jerami, selalu tersembunyi keindahan dan kenikmatan. Dengan penuh rasa syukur saya ucapkan kepada Tuhan, saya pernah hidup di perkampungan kumuh dengan baju berceceran di lantai-karena tidak punya lemari baju. Pernah juga hidup dalam standar orang-orang yang berpunya. Dan yang namanya kenikmatan, dia hadir baik ketika di tempat kumuh, maupun di tempat yang disebut orang mewah.

Dalam kejernihan saya ingin bertutur kepada Anda, di kedua tempat tadi manusia sama-sama memakan sepiring lebih nasi dan lauknya. Tidur sekitar enam sampai delapan jam semalamnya. Menghirup udara dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Kalau bepergian, menggunakan apa pun bisa sampai di tempat tujuan. Dalam kasus diri saya, ada sebuah tambahan yang membuatnya lebih indah lagi: hidup bersama anak mertua yang sama, serta sejumlah anak kecil ’ yang juga sama.

Beda antara dua kehidupan ekstrem yang pernah saya lalui hanya satu: keinginannya yang berbeda. Dulu, karena belum pernah melewati kehidupan yang disebut orang mewah dan megah, ada keinginan untuk sesegera mungkin sampai di sana. Sekarang, ketika kehidupan tadi sudah sem­pat dilalui dan dinikmati, ada kesenangan kadang-kadang untuk membayangkan kehidupan yang serba sederhana.

Nah, di sinilah inti ide yang mau saya bagi kepada Anda: keinginan itu membutakan. Di tempat dan keadaan mana pun-dari kandang kerbau sampai kamar hotel berbintang lima plus, dari naik angkot sampai naik Jaguar, dari menge­nakan jam tangan murahan sampai memakai Rolex-orang bisa dibutakan oleh keinginan. Tidak hanya keinginan untuk menaik yang membutakan, keinginan untuk turun pun membutakan.

Perhatikan sejumlah keluarga yang akan berangkat ber­libur. Ketika mempersiapkan segala sesuatunya,semua pikiran tertuju pada tujuan wisata. Entah keindahan pemandangan, makanan yang enak, hotel yang nyaman, atau berbelanja barang-barang kebutuhan. Tatkala sudah sampai di tempat tujuan-lengkap dengan badan yang lelah- semua pikiran tertuju pada rumah yang menenteramkan. 

Dari lingkungan yang sudah biasa, tempat tidur yang me­nenteramkan, sampai dengan tiadanya beban untuk mem­bawa tas ke mana-mana. Anda lihat sendiri, pikiran lengkap dengan keinginannya, sudah membutakan banyak orang. Di rumah ketika mau berangkat membutakan kenikmatan ting­gal di rumah. Di tempat wisata, keinginan membutakan orang untuk menikmati keindahan tempat wisata.

Di pojokan lain dari kehidupan, hal serupa sangat sering terjadi. Kenikmatan-kenikmatan hari ini, sering lewat per­cuma begitu saja, semata-mata karena banyak orang sudah buta oleh keinginan. Kalau kemudian saya mengajak orang untuk menyelami konsep ’hidup ini indah’, pada pikiran yang dibutakan keinginan, tentu saja jauh panggang dari api.

Sebagai manusia biasa, saya pun kadang dibutakan oleh keinginan. Setelah jadi direktur ingin jadi presiden direktur. Sesudah anak-anak sekolah di salah satu sekolah terbaik di Jakarta, ingin agar mereka segera ke luar negeri. Dan bila sang keinginan diikuti terus, maka buta dan tulilah kita dari semua berkah dan rahmat Tuhan. Syukur adalah kata yang tidak pernah mampir dalam rumah jiwa kita. Tanpa rasa syukur, siapa pun dan di tingkat kehidupan yang setinggi langit pun hidup kita pasti menderita.

Entahlah, apakah saya sudah berhasil meyakinkan saha­bat-sahabat yang masih skeptis terhadap ide tentang hidup ini indah, atau malah membuat mereka tambah tidak percaya. Yang jelas, kata-kata dan logika bukanlah cara yang paling tepat untuk berguru tentang kehidupan. Ia tidak lebih dari daftar menu saja, atau petunjuk jalan saja. Untuk sampai di sana, kita tidak bisa hanya memandangi petunjuk jalan- Nya. Jalan dan berangkatlah ke sana. Tugas saya memasang petunjuk jalan sudah selesai. Hanya Anda yang bisa membawa diri Anda ke sana.

Menunggu Dan Kecewa

ADA perbedaan mencolok antara kumpulan manusia menunggu di sini dibandingkan di negara-negara seperti Jepang, Inggris dan Prancis. Disini orang menunggu sebagian besar dengan mata agak kosong, tanpa kegiatan apa-apa kecuali duduk atau mondar-mandir. Sedangkan di Inggris sebagai contoh, apa lagi di Jepang, orang menunggu sebagian sambil membaca.

Ada semacam ketekunan mengagumkan. Sehingga ketika yang ditunggu datang (entah itu kereta atau pesawat), waktu seperti sangat bersahabat. Ia berlalu lengkap dengan rangkaian makna yang memang dicari. Hanya saja di manapun negaranya, siapapun orangnya, berapapun umurnya, setinggi apapun status sosialnya, sebagian lebih manusia- manusia di abad ini memiliki pekerjaan panjang melelahkan yang tidak mengenal henti dalam hidup: menunggu!

Ada yang menunggu jatuhnya sebuah rezim. Ada yang menunggu giliran naik ke tampuk kekuasaan.Ada yang menunggu bersihnya negeri dari korupsi.Ada yang menunggu anak-anak selesai sekolah dan kemudian bekerja.Ada yang menunggu ujian akhir agar cepat dapat ijazah. Ada yang menunggu jam makan agar segera mulut terpuaskan. Ada yang menunggu agar cepat-cepat sampai di rumah. Ada yang menunggu punya rumah besar dan megah.Ada yang menunggu punya mobil mewah.Pokoknya menunggu, menunggu dan hanya menunggu.

Sehingga dalam totalitas, dari seratus persen waktu hidup manusia mungkin lebih dari 90 persen isinya menunggu. Bagi orang-orang tertentu, menunggu bahkan dibawa sampai ke alam mimpi. Bayangkan, kerap mereka bermimpi menunggu, atau bermimpi sudah sampai. Berbeda dengan menunggu kereta atau pesawat misalnya, kecewa datang dalam frekuensi yang lebih jarang.Bila yang ditunggu sepuluh jadwal kereta, mungkin kurang dari setengahnya saja yang berujung kecewa.

Namun mereka yang hanya mengenal menunggu dalam hidup, hampir selalu berujung kecewa. Lihat saja kumpulan manusia yang disebut rakyat. Ketika sebuah rezim dianggap tidak adil, ia menunggu datang rezim berikutnya. Tatkala rezim berikutnya datang ia membawa bendera kekecewaan. Mereka yang rindu kursi kekuasaan juga serupa. Ada saat giliran itu datang, dan ketika datang yang tersisa hanya rasa serakah yang hambar.

Demikian juga dengan orang tua yang menunggu anak-anaknya. Ketika selesai wisuda dan bekerja, anak2 sibuk dengan kehidupannya sendiri. Orang tuanya menganggap mereka lupa, dan ujung-ujungnya juga kecewa. Mereka yang menunggu rumah megah dan mobil mewah juga serupa. Empuknya suspensi mobil baru hanya terasa sebulan. Segarnya udara rumah megah paling lama terasa tiga bulan.  Berikutnya, diganti dengan rangkaian hal yang serba biasa dan hambar.

Seorang sahabat di dunia kejernihan pernah bertutur: as soon as the desired objects are obtained, the happiness ends and new desires arise. Begitu sesuatu yang diinginkan diperoleh, kebahagiaannya berakhir dan keinginan baru muncul. Dengan kata lain, setiap garis finish pencaharian menjadi garis start baru untuk pelarian berikutnya yang lebih berat.

Bisa dimaklumi kalau kemudian kehidupan berwajah berat, keras, lelah, stress dan sejenisnya. Berefleksi di atas cermin-cermin kehidupan seperti inilah, maka sejumlah pejalan kaki di jalan-jalan kejernihan dengan penuh keberanian menghentikan kegiatan menunggu. Untuk kemudian berkonsentrasi pada masa kini. Mungkin layak diendapkan, kalau salah satu diantara pejalan kaki ini pernah berucap: ’satu-satunya hidup yang rill dan hidup adalah hari ini. Masa lalu sudah mati, masa depan belum datang’.

Memang ada benarnya sahabat yang menyebut kalau masa depan disiapkan sejak hari ini. Cuma, bila begitu sampai kebahagiaannya hilang digantikan oleh keinginan yang baru, kesia-siaan hanya bisa dihindari kalau berkonsentrasi di hari ini. Seorang penulis di jalan-jalan kejernihan bernama Eckhart Tolle dalam The Power of NOW, bahkan berani berspekulasi : "authentic human power is found by surrendering to the Now".

Tidak saja kegiatan menunggu yang berhenti, tidak saja kecewa yang berkurang, bahkan kekuatan otentik manusia bisa ditemukan ketika manusia ikhlas total pada masa kini. Di bagian lain Tolle menulis : it is here we find our joy, are able to embrace our true self. It is here we discover that we are already complete and perfect.

Di sini di hari ini, kita bisa berpelukan dengan diri kita yang sebenarnya. Di tempat yang sama juga kita bisa merasakan betapa kita sudah lengkap dan sempurna. Siapapun manusianya, ketika sudah berani melangkah yakin ke hari ini, berpelukan dengannya, apa lagi menemukan kesempurnaan di sana, itulah tanda-tanda kalau kita mulai keluar dari lingkaran menunggu dan kecewa.

Di sebuah kesempatan, ada seorang pengemis yang duduk tidak pernah berpindah selama puluhan tahun. Ia mengemis di tempat itu terus. Seorang pejalan kaki memperhatikannya sambil bertanya : ’ápa yang dicari di sini terus menerus?’. Dengan tenang pengemisnya menjawab : "Tidak mencari apa-apa".

Heran dengan jawaban seperti itu, orang asing tadi membuka paksa kotak pengemis tadi. Dan ternyata di tengahnya berisi emas dan berlian. Cerita ini memang hanya kiasan. Orang lain memang tidak bisa member apa-apa sehingga tidak perlu diminta dan ditagih.

Dan di hari ini di dalam sini, sebuah tempat yang sering kita lupakan dan tinggalkan melalui kegiatan menunggu dan kecewa, di sanalah emas dan berliannya berada. Adakah sahabat yang pernah menemukan emas dan berlian di sana?

Runtuh Nya Pohon Indonesia

Sebagai orang yang kadang disebut ’gelandangan intelektual’-alias intelektual tanpa universitas-kerap saya bertemu banyak orang yang semangat sekali berbicara mengenai masa depan Indonesia. Ekonom, politisi, pejabat pemerintah, pengusaha, manajer sampai orang biasa. Sebagian dari mereka yang tahu bahwa saya orang sumber daya manusia, sering membawa muara persoalan pada ’manusia’ Indone­sia. Kemudian, bertanya kepada saya: kira-kira bagaimana wajah Indonesia ke depan?

Asal Anda siap-siap sejak awal, kalau ide singkat ini ber­asal dari seorang gelandangan. Melihat apa yang terjadi di republik tercinta ini beberapa tahun terakhir, tampaknya mendung tebal masih akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Di sektor manajemen publik khususnya-dari mana kompas Indonesia sedang diarahkan-terlalu banyak diisi oleh manusia-manusia yang hanya mau menang dan di atas.

Ibarat sebuah pohon besar, tidak ada yang bisa berdiri tegak dan kuat kalau hanya dibentuk oleh puncak pohon. Demikian juga bila diandaikan dengan pertandingan sepak bola. Kejuaraan mana pun akan hancur lebur kalau se­muanya memaksa untuk menang, dan sangat tidak rela kalah.

Kembali ke pengandaian pohon beserta hakikatnya, pohon dibentuk oleh banyak komponen. Daun, bunga, batang sampai akar. Semuanya memiliki kontribusinya ma­sing-masing. Namun, yang paling mulia dari semua itu adalah akar. Diinjak, tertanam, mencari makan buat orang lain, tidak memperoleh sinar matahari, dan di tengah selu­ruh ’pengorbanannya’ ini, akar rela tidak kelihatan. Saya bertanya kepada Anda, di tingkat manajemen publik, pun­yakah kita tokoh pengambil keputusan yang rela jadi akar?

Atau bila dianalogikan dengan turnamen sepak bola, di mana pun jumlah yang kalah selalu-sekali lagi selalu- Iebih banyak dibandingkan dengan yang menang. Nasib tur­namen sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh yang kalah. Sebab, bagi yang menang tidak diperlukan kedewa­saan dan kematangan yang tinggi. Namun bagi yang kalah, hanya kematangan dan kedewasaan yang memadailah yang bisa membuat mereka tersenyum, datang kepada yang menang, menyalami dan memeluk pihak yang menang.

Dan di sektor manajemen publik kita, pernahkah kita menyaksikan pihak-pihak yang kalah rela tersenyum dan bertepuk tangan bangga untuk yang menang? Bukankah salah satu presiden kita datang dari persekutuan manusia- manusia kalah? Atau sudah menjadi pemandangan umum sejak dulu, kalau seseorang kalah-entah di ormas atau di orpol-kemudian mendinkan organisasi, poros dan apalah namanya untuk menggembosi yang meriang?

Kalau betul salah satu fungsi intelektual adalah menjadi kamera ’netral’ bagi masyarakat, kemudian menyampaikan­nya ke khalayak publik, inilah hasil potret saya yang ingin disampaikan dalam bahasan ini. Boleh saja ada kesan pesi­mistis, ragu atau bahkan mungkin dikira sentimen.

Yang jelas, dalam lautan manusia yang hanya mau me­nang dan hanya mau jadi pucuk pohon, sulit dibayangkan

bisa terbangun masa depan yang cerah. Untuk itu, mungkin ada baiknya kita melakukan reorientasi terhadap apa yang dulu sempat disebut achieving society oleh David Mc, Clleland. Kalau konsep terakhir berdiri di atas ide "meng­hasilkan sesuatu lebih baik dibandingkan orang/masyarakat lain", ini sebenarnya masih relevan. Akan tetapi, fokus berlebihan pada hasil, melupakan pentingnya unsur proses, sudah membuat wajah Indonesia demikian babak belur.

Bagi saya proses maupun hasil berada pada tataran prioritas yang sama tingginya. Pemimpin yang mencapai hasil dan mengabaikan proses, sama saja dengan maling dan pe­rampok. Demikian juga sebaliknya, proses tanpa peduli hasil, akan membuat pemimpin seperti pertapa yang tidak pernah memutuskan.

Nah, mencermati apa yang terjadi di sektor manajemen publik kita, ’perampok’ memang berjumlah lebih banyak dibandingkan ’pertapa’. Hasil-terutama harta dan tahta- memang telah menjadi mesin pendorong peradaban yang sangat dahsyat. Sayangnya, tanpa pertapa, mesin terakhir cepat atau lambat akan panas dan aus. Indonesia adalah salah satu bentuk mesin yang sudah panas. Cirinya terlihat hampir di setiap pojokan manajemen publik. Perebutan kekuasaan, pembongkaran skandal di mana-mana, sampai hal-hal anarkis seperti pemboman dan pembunuhan, hanyalah sebagian kecil ciri mesin yang sudah panas.

Sebagaimana mesin sebenarnya yang lagi panas, di sinilah kita memerlukan sejumlah langkah pendinginan. Kalau banyak orang mau memulainya dengan tokoh sekaliber Gus Dur, Megawati, Amien Rais dan Akbar Tanjung. Saya cenderung lebih realitistis. Menyimak apa yang sampai saat ini terjadi, mereka yang berada pada tataran bawah, memahami kearifan akan ’akar’ secara lebih dalam.

Lihat saja, dari dulu kita ditertawakan orang Amerika. Sebab, Amerika sudah berganti presiden sekian kali, kita masih saja sabar dengan pemimpin yang itu-itu juga. Thailand dan Korea Selatan yang terkena krisis terlebih dahulu, serta memiliki cadangan kekayaan alam yang jauh lebih sedikit, sudah keluar dari krisis. Korsel bahkan lebih hebat lagi, melakukan rekonsiliasi dengan ’musuh’ tahunan­nya Korea Utara. Namun, di tengah perbandingan yang hadir di layar kaca setiap hari, hanya filosofi orang bawah seperti akarlah yang membuat mereka legowo menerima semua ini.

Entah serius entah tidak, mungkin menurut orang bawah lambang negara kita adalah akar pohon, bukan burung Garuda.

Hiduplah Saat Ini

Seorang yg bijak sewaktu ditanya Apakah yang Paling Membingungkan di Dunia ini ?

Beliau menjawab : "Manusia",

Karena dia "Mengorbankan Kesehatannya" hanya "Demi uang";
Lalu dia "Mengorbankan Uang"nya demi Kesehatan".

Lalu dia "Sangat Khawatir" dengan "Masa Depannya",

sampai’ dia "Tidak Menikmati Masa Kini";

akhirnya dia "Tidak Hidup di Masa Depan atau pun di Masa Kini";

dia "Hidup Seakan-akan Tidak Akan Mati",

lalu dia "Mati" tanpa "Benar2 Menikmati" apa itu "Hidup".

Friends, bersyukurlah apa yang selama ini kita dapati dan kita nikmati. Karena kita tidak akan tahu, apa yang akan terjadi hari esok.. :)

~» Ketika lahir dua tangan kita kosong..
ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong..

~» Waktu datang dan waktu pergi kita tidak membawa apa²..

~» Jangan sombong karena kaya dan berkedudukan..

~» Jangan minder karena miskin dan hina..

~» Bukankah kita semua hanyalah tamu dan semua milik kita hanyalah pinjaman..

~» TETAPLAH RENDAH HATI seberapapun tinggi kedudukan kita..

~» TETAPLAH PERCAYA DIRI seberapapun kekurangan kita.. :)

~» Karena kita hadir tidak membawa apa2 dan kembali juga tidak membawa apa2...

Hanya pahala kebajikan atau dosa kejahatan yang dapat kita bawa.

~»Datang ditemani oleh Tangis..
Pergi juga ditemani oleh Tangis..

~» Maka dari itu TETAPLAH BERSYUKUR, dalam segala keadaan apa pun, dan HIDUPLAH disaat yg benar-benar ada dan nyata utk kita, yaitu SAAT INI, bukan dari bayang2 MASA LALU maupun mencemaskan MASA DATANG yg blm lagi tiba..

Rendah Diri

Bila seseorang rendah hati maka kemuliaan diri yang akan timbul. Tapi apabila rendah diri yang melekat kehinaan dirilah yang akan muncul

Sama-sama menggunakan kata "rendah" namun memilik makna yang sangat berbeda. Rendah hati artinya sifat bijak yang melekat pada sesorang, memposisikan dirinya dengan orang lain sama, merasa tidak lebih baik, tidak lebih mahir,tidak lebih pintar, tidak juga lebih mulia. 

Setiap prilakunya senantiasa menghormati siapa pun tanpa melihat umur, jabatan maupun kedudukan, sedangkan rendah diri adalah sifat yang melekat pada diri sesorang yang mengangap dirinya lebih rendah dari orang lain, sehingga setiap saat dirundung dengan sikap malu, minder, sukar bergaul dan pesimis. 

Siapa pun mutlak harus menjauhi sefat rendah diri. Percantik diri dengan sifat rendah hati agar dicintai semua karyawan, rekan kerjannya juga orang lain. 

Ma'rifat

Hati ini diciptakan Allah untuk menjadi tempat kebahagiaan hakiki. Karena itu hati harus selalu dekat dengan Allah. Bila hati sudah terisi dunia, Allah tidak mau mengisinya. Begitu pun cinta kepada manusia, harus yang dapat mendekatkan kepada Allah. 

Cinta kepada anak istri dibolehkan sepanjang menjadi pengingat kepada Allah. Sebaliknya, bila cinta kepada anak istri membuat lalai, berjarak, dan jauh dari Allah, maka segera kurangi cinta itu. Cukuplah cinta sekadarnya saja. Bagaimana pun, makhluk tidak boleh menjadi penghalang cinta kepada Allah.

Jika kita merasa sudah bergaul dengan banyak orang, namun hati merasa tidak nyaman dan terasa keras, ini sebenarnya gejala bahwa Allah masih ingin dekat dengan kita. Tapi bila masih nyaman saja bergaul dan berbincang dengan banyak orang, maka bisa jadi itu gejala hijab dengan Allah.

Sebelum kita minta sesuatu, Allah sudah sangat tahu kebutuhan kita. Karena memang Allah yang membuat kebutuhannya. Tapi, Allah sangat menyukai hamba-Nya yang memohon, berdoa dengan segala kerendahan. Berdoa dengan hati yang bersih, adalah ciri dikabulkannya doa. Jika Allah ingin memberikan mustajab (terkabulnya) doa, maka Allah juga akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berdoa dengan khusyu.

Ciri seorang ahli ma’rifat adalah selalu merasa membutuhkan Allah. Tidak pernah merasa tenang dan nyaman, bila bersandar kepada selain Allah. Bila mau bicara, ia minta dituntun Allah. Selama bicara pun ia selalu berdoa, minta diampuni jika khilaf. Bila sedekah, ia juga minta diberi keikhlasan. Bila berjalan, minta dijaga pandangannya. Pokoknya, ia selalu minta yang terbaik dari Allah. Sebaliknya, orang yang tidak kenal Allah, jarang meminta kepada Allah. Ia merasa sudah tahu dan bisa berbuat dengan ilmunya.

Orang yang ma’rifat juga sangat takut jika tidak dibimbing dan dilindungi Allah. Kebahagiaannya justru dari ketidaknyamanan karena takut kepada Allah. Karena baginya, kebahagiaan sejati adalah bila takut dan harap kepada Allah semata.