Minggu, 05 Januari 2014

DIMANA TEMPAT TERBAIK KITA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Tahukah kita, apa penyebab utama kenikmatan itu hilang…?
Masih ingatkah kita semua akan cerita Iblis dikeluarkan dari surga….?
Tentu semua sudah tahu. Lantas, kalau kita sudah tahu, apakah hal ini tidak menjadi pelajaran penting bagi kita…?

Iblis dikeluarkan dari surga, akibat adanya rasa berlebih dari manusia.
Diamerasakan dirinya diciptakan dari bahan yang jauh lebih baik dari nabi Adam Alaihissalam. Apa kata Iblis untuk membangkang perintah Allah agar sujud kepada nabi Adam?

“Saya lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Kau
ciptakan dari tanah”.

Dan tak jarang kita lihat, akibat keinginan untuk menjadi yang terbaik ini,
seringkali menimbulkan permusuhan satu sama lain, rasa iri, dengki, sombong menjalar bagaikan pohon ubi jalar yang tumbuh begitu cepat.

Masih syukur perasaan itu timbul bagaikan ubi jalar, kalau ia tumbuh bagaikan petir yang berlari kencang, sampai menyambar tanpa bisa ditahan siapapun. Dan hal ini sungguh sangat berbahaya, dan betapa jeleknya. Sikap ingin mengalahkan
.
Ada baiknya, kita memulai dari diri kita sendiri, kita terapkan sikap hidup sederhana dalam segala hal. Karena Allah dan rasulNyapun menyuruh kita ummat Islam agar selalu bersikap netral, sederhana.

Sikap membiasakan, bahwa :”Diatas langit, masih ada langit lagi, diatas yang berpengetahuan, masih ada lagi yang jauh lebih berpengatahuan”

Seharusnya sikap inilah yang kita tanamkan untuk diri kita sendiri, keluarga, sanak family, tetangga, ummat Islam dan masyarakat kita. Karena sikap ini jauh lebih selamat ketimbang sikap dari Iblis yang kita contoh dan kita tanamkan, “Saya lebih baik dari dia, maka sayalah yang terbaik”.

Menjadi orang yang baik, itu bagus, bukankah Rasulullah bersabda :
”Sebaik-baik manusia adalah yang lebih banyak, yang paling banyak, berarti yang “Lebih baik”, terhadap manusia lainnya”.

Dengan kata lain, untuk menjadi yang the best, carilah tempat yang The best juga. Orang paling atau yang terpintar, belum tentu dia menjadi manusia yang terbaik dan bermanfaat untuk manusia lainnya.

Bukan menjadi orang yang terpintar yang kita cari, tetapi menjadi manusia yang paling banyak memberikan kontribusi pada manusia lainnyalah yang akan selalu kita kejar,
karena ini tuntunan Allah dan RasulNya, itupun dengan syarat mutlak Lillahi Ta’ala semata, dan sesuai amalan dengan tuntunan AlQuran dan Sunnahnya.



                                                                                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar